widgeo.net

Senin, 18 November 2013



PENERAPAN TRANSAKSI EKONOMI DALAM ISLAM
-         JUAL BELI  -
a.      Pengertian, Dasar Hukum dan Hukum Jual Beli
Jual beli adalah persetujuan saling memikat antara penjual (pihak yang menyerahkan barang) dan pembeli (pihak yang membayar atau menerima barang)
Jual beli sebagai sarana saling tolong menolong sesame manusia, di dalam Islam mempunyai dasar dari Al-Qur’an dan Hadist. Al-Qur’an yang mereangkan tentang jual beli antara lain Surah Al-Baqarah, 2: 198 dan 275 serta Surah An-nisa, 4: 29.
“Nabi Muhammad SAW telah melarang jual beli yang mangandung unsure penipuan” (H.R. Muslim)
Mengacu pada ayat Al-Qur’an dan Hadist, hokum jual beli adalah mubah (boleh). Namun, pada situasi tertentu, hukum jual beli itu bisa berubah menjadi sunnah, wajib, haram dan makruh.

b.      Rukun, dan Syarat Jual Beli
Rukum dan syarta jual beli adalah ketentuan-ketentuan dalam jual beli yang harus dipenuhi agar jual belinya sah menurut Syara’ (hukum Islam).
·         Orang yang melaksanakan akad jual beli
Syaratnya:
1)      Berakal
2)      Balig (dewasa)
3)      Berhak mengguanakan hartanya
·         Sigat atau ucapan ijab Kabul
Ulama fikih sepakat bahwa unsure utama dalam jual beli adalah kerelaan penjual dan pembeli. Karena kerelaan itu berada di dalam hati, maka harus diwujudkan melalui ucapan ijab (dari pihak penjual) dan Kabul (dari pihak pembeli)
·         Barang yang diperjual belikan memiliki syarat sbb:
1)      Barang yang diperjual belikan sesuatu yang halal
2)      Barang tersebut mempunyai manfaat
3)      Barang itu ada di tempat, atau tidak ada tetapi sudah tersedia di tempat lain
4)      Barang itu merupakan barang milik si penjual atau berada di bawah kekuasaannya.
5)      Barang itu hendaklah diketahui oleh si penjual dan si pemebeli dengan jelas, baik zatnya, bentuknya dan kadarnya maupun sifat-sifatnya
·         Nilai tukar yang dijual
c.       Khiyar
Khiyar adalah hak memilih bagi si penjual maupun si pembeli untuk meneruskan jual belinya ataupun membatalkan karena adanya sesuatu hal, misalnya ada cacat pada barang.
Hukum Islam membolehkan hak khiyar agar tidak terjadi penyesalan bagi sipenjual maupun si pembeli, anatar ain disebabkan merasa tertipu.
Bila terjadi penyesalan dalam jual beli, baik pada penjual ataupun pembeli maka hukumnya sunnah untuk membatalkan jual beli dengan cara pembeli menyerahkan barang yang dibelinya kepada penjual dengan ikhlas., sedangkan penjual menyerahkan uang kepada pembeli dengan ikhlas juaga.
“barang siapa yang rela mencabut jual beli kepada saudaranya, maka aAllah akan mencabut kerugiannya di hari kiamat”. (H.R. Tabrani)
d.      Macam-macam Jual Beli
Jual beli dapat dilihat dari beberapa sudut pandang antara lain dilihat dari segi sah atau tidaknya dan terlarang atau tidaknya.
1)      Jual beli yang sah dan tidak terlarang yaitu jual beli yang terpenuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya.
2)      Jual beli yang terlarang dan tidak sah (bathil) yaitu jual beli yang salah satu atau seluruh rukunnya tidak terpenuhi atau jual beli itu pada dasar dan sifatnya tidak di syariatkan. Contonya: jual beli sesuatu yang termasuk najis dan jual beli mani hewan ternak. Jual beli anak hewan yang masih berada di dalam perut induknya.
3)      Jual beli yang sah tetapi terlarang (fasid), karena merugikan sipenjual, pembeli dan orang lain, mempersulit peredaran barang. Contonya: mencegat para pedagang yang akan menjual barang barang nya kekota, dan membeli barang barang mereka dengan harga murah, kemudian menjual dikota dengan harga tinggi.
4)      Monopoli, yaitu menimbun barang agar orang lain tidak membeli walaupun melampaui harga pasaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar